Kamis, 28 April 2016

Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta

1.     Rumah adat

Rumah adat Daerah Istimewa Yogyakarta dinamakan Bangsal Kencono. Kraton Yogyakarta merupakan sebuah bangunan Pendopo. Halamannya sangat luas, ditumbuhi tanaman dan dilengkapi beberapa sangkar burung. Di depan Bangsal Kencono terdapat dua patung dari Gupolo, sang raksasa yang memegang gada (sejenis alat pemukul).


                               Bangsal Kencono

2.     Pakaian  Adat

Pria Yogyakarta memakai pakaian adat berupa tutup kepala (destar), baju jas dengan leher tertutup (jas tutup) dan keris yang terselip di pinggang bagian belakang. Ia juga mengenakan kain batik yang bercorak sama dengan sang wanita. Sedangkan wanitanya memakai kebaya dan kain batik. Perhiasannya berupa anting-anting,  kalung, dan cincin.
                                                           

Pakaian adat pria  dan wanita Yogyakarta




3.     Tari-tarian Daerah Istimewa Yogyakarta
a.       Tari Serimpi Sangupati, sebuah tarian keraton pada masa lalu disertai suara gamelan dengan gerak tari yang lembut dan menawan hati.
b.    Tari Bedaya, merupakan tarian keraton yang ditarikan oleh 9 putri dengan irama yang lemah gemulai dan lembut.
c.       Tari Beksan Nirbaya, diilhami bentuk kesenian "Edan-edanan" salah satu bagian dari upacara keraton Yogya yang berfungsi sebagai "penolak bala". Bentuk ini diangkat menjadi seni pertunjukan, yang mendapat stilirasi , tanpa meninggalkan esensi dan karakter geraknya yang unik.
d.      Tari Merak, suatu tari yang mengisahkan keindahan dan kebebasan alam bebas yang dialami burung merak.
e.   Tari Beksan Lawung Ageng, suatu tari yang diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I, sebagai sarana untuk memupuk semangat para jiwa prajurit.

Tari Serimpi Sangupati

4.     Senjata Tradisional

Di Yogyakarta, keris merupakan senjata tradisional yang paling terkenal. Keris-keris ini diberi gelar-gelar kehormatan seperti "Kanjeng Kyai Kpek" dan sebagainya. Selain keris terdapat pula tombak yang dianggap sebagai benda pusaka. Benda-benda ini sangat dihormati dan diberi gelar kehormatan. Antara lain "Kajeng Kyai Ageng Plered", Kanjeng Kyai Ageng Baru", "Kanjeng Kyai Gadapan" dan "Kanjeng Ageng Megatruh".
"Kyai Plered" mempunyai sejarah tersendiri, karena Untung Suropati berhasil menewaskan opsir Belanda Kapten Tack dengan menggunakan "Kyai Plered". Oleh karena itu, tombak ini dianggap keramat. Ada pula tombak dan keris yang disebut Tosan Aji. Tosan artinya besi dan Aji artinya dihormati karena bertuah. Benda-benda ini biasanya dirawat baik-baik dan disimpan pada tempat-tempat khusus. Pada saat - saat tertentu benda-benda itu dibersihkan dan dimandikan.
Keris Yogyakarta


  1. Upacara Adat Daerah Istimewa Yogyakarta
1)    Saparan Bekakak
Upacara adat saparan bekakak merupakan ritual yang sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I.
Ritual yang digelar sebagai bentuk permohonan keselamatan warga Gamping ini disebut Saparan Bekakak karena dalam pelengkap upacaranya terdapat sepasang pengantin boneka bekakak yang disembelih sebagai simbol persembahan. Yang menarik dalam upacara ini, sepasang pengantin bekakak akan diarak menuju tempat penyembelihan yakni Gunung Gamping dan Gunung Kiling.

2)    Tradisi Nguras Enceh

Upacara Nguras Enceh atau mengganti air gentong adalah tradisi yang dilakukan pada setiap sura khususnya pada hari Jumat Kliwon bertempat di kompleks makam Raja-Raja Mataram, Imogiri, Bantul.
Terdapat empat gentong yang akan dikuras dalam acara ini. Keempatnya merupakan hadiah dari Kerajaan Palembang, Kerajaan Aceh, Kerajaan Ngerum (Turki), dan Kerajaan Siam (Thailand) kepadaSultan Agung (1613-1645) sebagai penguasa Kerajaan Mataram saat itu sebagai tanda persahabatan.
Sebelum upacara ini digelar, dilakukan Upacara Ngarak Siwur (Siwur = gayung air dari batok kelapa dengan tangkai bambu) dengan arak-arakan prajurit menuju kompleks makan Raja-raja Imogiri. Setelah itu, upacara nguras Enceh dimulai oleh abdi dalem Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta. Yang menarik air cidukan dari gentong tersebut selalu diperebutkan warga karena dianggap memiliki tuah tertentu.

3)    Tradisi Cupu Panjala

Upacara ini digelar setiap pasaran Kliwon di penghujung musim kemarau pada bulan Ruwah(kalender Jawa) bertempat di Desa Mendak Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul.
Masyarakat mempercayai bahwa gambar yang terlihat dalam lapisan kain mori pembungkus cupu merupakan ramalan peristiwa setahun ke depan. Baik itu menyangkut keadaan sosial, perekonomian, lingkungan hidup, bahkan dunia politik.

4)    Upacara Sekaten

Acara ini merupakan acara tradisi jawa dalam memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW. Masyarakat Yogya beranggapan apabila ikut serta dalam peringatan ini akan mendapat imbalan dari Yang Maha Kuasa yaitu awet muda, dan sebagai “Srono” atau syaratnya, mereka harus mengunyah sirih di halaman Masjid Agung dari awal acara dimulai.
                             
Upacara sekaten


5)     Upacara Tumplak Wajik
                           
Upacara Tumplak Wajik ini diselenggarakan dua hari sebelum acara grebegan. Bertempat di halaman Kemandungan Selatan atau Magangan keraton Yogyakarta. Upacara Tumplak Wajik berarti menumpahkan wajik (sejenis makanan yang terbuat dari ketan) sebagai dasar pembuatan gunungan sebelum acara grebegan dimulai. Upacara ini diiringi oleh musik kothekan (musik dari lesung dan kenthongan).

                             
Upacara tumplak wajik


6)     Upacara Garebeg
Garebeg adalah upacara adat Kraton Yogyakarta yang diselenggarakan tiga kali dalam satu tahun untuk memperingati hari besar Islam. Mengenai istilah Garebeg, ini berasal dari bahasa Jawa “Grebeg”, yang berarti “Di iringi para pengikut”. Pengertian lain mengatakan bahwa Gunungan itu di perebutkan warga masyarakat yang berarti di Grebeg atau Garebeg.
Pelaksanaan upacara tersebut bertepatan dengan hari-hari besar Islam seperti 
Garebeg Syawal, Garebeg Besar, Garebeg Maulud
                                  


7)     Upacara Siraman Pusaka

Upacara Siraman Pusaka ini dilakukan setiap Selasa atau Jumat kliwon pada bulan Jawa Sura, keraton mengadakan acara ini untuk membersihkan benda-benda keramat milik keraton serta kereta-kereta istana. Sedangkan pada hari Jumat kliwon di makam raja-raja di daerah Imogiri dilakukan upacara pengurasan dan pencucian air dalam guci-guci atau jambangan yang disebut Enceh. Konon, menurut masyarakat Jawa apabila meminum air ini akan jauh dari malapetaka atau marabahaya, dihindrakan dari penyakit, serta awet muda.

                     


8)     Sendratari Ramayana
9)     Upacara labuhan pantai
10) Seni wayang jawa
11) Ketoprak jawa
12) Upacara tunggul wulung
13) Upacara sapalan wonolelo
14) Upacara cupu panjolo
15) Upacara bekakak, dll.

  1.  Suku : Jawa
  2.  Bahasa Daerah : Jawa
  3.  Lagu Daerah
Tak beda jauh dengan Jawa Tengah, di Provinsi ini juga terdapat beberapa kesenian dan budaya yang memang layak untuk dilestarikan. Beberapa diantaranya budaya-budaya yang masih kental dengan adat Keraton. Dan tak berbeda jauh dengan Jawa Tengah lagu-lagu daerah Yogyakarta ini pun hampir mirip dengan Provinsi Jawa Tengah, namun ada beberapa lagu daerah dari provinsi ini yang berbeda yaitu :
a)     Lagu Pitik Tukung
 Aku duwe pitik pitik tukung Saben dina tak pakani jagung Petok gok petok petok ngendok pitu Tak ngremake netes telu Kabeh trondol trondol tanpa wulu Mondol mondol dol gawe guyu Lagu Sinom Amenangi jaman edan ewuh aja ing pambudi melu edan ora tahan jen tan melu anglakoni boya kaduman melik kaliren wekasanipun dilalah karsa Allah begjane kang lali luwih begja kang engling lan waspada
b)     Lagu Suwe Ora Jamu
Suwe ora jamu Jamu godhong tela Suwe ora ketemu Ketemu pisan gawe gela Suwe ora jamu Jamu godhong tela Suwe ora ketemu Ketemu pisan gawe gela
c)      Lagu Tekate Dipanah
Te kate dipanah Dipanah ngisor gelagah Ana manuk konde-onde Mbok sirbombok mbok sirkate Mbok sirbombok mbok sirkate



https://rifiway26.wordpress.com/2013/03/07/keragaman-budaya-daerah-istimewa-yogyakarta-jogjakarta/

http://macam2budayaindonesia.blogspot.co.id/2014/01/lagu-daerah-di-yogyakarta.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar